Minggu, 01 Juli 2012

cerpen-part 3 Bella


Part 3: Bella

“Hey!” Aku sedikit berjinjit dan melambaikan tangan begitu melihatmu berjalan di trotoar. Syukurlah kau segera melihatku sehingga aku tidak perlu berdadah-dadah terlalu lama seperti orang gila.
Kau tersenyum di seberang sana. Kau berkata tanpa suara dan aku mengerti apa yang kauucapkan. “Tunggu di situ!” katamu hanya dengan gerak bibir. Lalu kau menyebrang jalan dengan lincah. Menyelip di antara mobil-mobil dan beberapa angkutan umum.
“Udah lama?” tanyamu begitu kau berhasil mendarat di sisiku.
“Nggak kok. Baru aja,” jawabku. “Baru ngapain tadi? Sarapan?”
Kau meringis lucu. “Ya begitulah.”
“Dasar! Jam 10 baru sarapan!” Aku memukul bahumu manja. Lalu aku sedikit melongokkan kepala berusaha melihat ke dalam kafetaria mungil tempatmu berada tadi. “Sama temen kamu lagi?” tanyaku. Kali ini tanpa sadar nada suaraku terdengar aneh.
“Iya. Kayaknya dia masih di dalem,” kau hanya menjawab simpel.
Aku mengangguk-angguk acuh tak acuh. Lalu perhatianku jatuh pada sebuah buku tebal di tangan kananmu.
“Buku apa tuh?”
“Oh, ini novel karangan Dan Brown. Bagus lho. Mau baca?” Kau menyodorkan novel tebal itu.
Aku langsung menggeleng. Melihat jumlah halamannya saja aku sudah malas. “Tumben kamu mau baca buku tebel-tebel gitu. Kesambet setan apa?” godaku.
“Hahaha… wah menghina kamu!” Kau tertawa lebar sambil mengucek singkat rambutku. “Ini novel rekomendasi dari Nindya. Dia bilang bagus. Ya udah aku pinjem. Yakin nih kamu nggak mau baca?” Kau menawariku lagi.
Dan tanggapanku tetap sama. Aku hanya menggeleng. “Udah yuk! Langsung jalan aja!” pintaku cepat. Langsung kugandeng lenganmu dan seperti biasa kau akan mengantarku ke tempat bimbel setelah sebelumnya nongkrong dulu di tempat hang out.
xOx

Sebenarnya sedekat apa hubungan pertemanan kalian? Sering dalam hati aku memendam pertanyaan itu. Aku benar-benar penasaran.Ya, aku memang tidak heran kalian begitu dekat. Kalian sudah tiga tahun menjadi teman kuliah. Beberapa kali aku bertemu Nindya, dia juga terlihat biasa saja. Tapi, aku tidak tahu kenapa, sepertinya ada yang aneh ketika kau mulai bercerita tentang Nindya.
Diam-diam, tadi ketika masih di trotoar, aku menoleh mengamati kafetaria mungil itu. Dari kaca jendela besarnya yang bening, terlihat jelas gadis itu masih menghuni salah satu bangku di sana. Dia tersenyum ramah ketika mata kami bertemu. Dan aku juga balik tersenyum padanya.
Hmm… sepertinya tidak ada yang aneh. Mungkin aku saja yang terlalu paranoid.
xOx

Hari-hari berikutnya berlalu seperti biasa. Kau datang menemuiku setiap malam Minggu. Beberapa kali selain di malam Minggu kita juga pergi untuk sekedar hang out. Kau juga masih seperti biasa. Sering membuatku tertawa dan menyenangkan. Semuanya berjalan seperti biasanya. Tidak ada yang aneh.
Sampai suatu ketika aku mulai menyadari ada yang berubah darimu. Entah hanya perasaanku saja atau apa, tapi sepertinya kau semakin perhatian pada Nindya.
xOx

Tidak ada komentar: