Rabu, 21 Agustus 2013

make up my mind

Hai! Anyway ini adalah hari kedua gue menjalani masa OSMARU (Orientasi Studi Mahasiswa Baru).
Eng-ing-engggg..... yup-yup-yup akhirnya tiba juga waktunya untuk gue terjun ke kampus yang yaaaaa agak nggak srek di hati.

Well, first day. It was so boring.... to be honesttt... dari temen-temennya, dari kakak tingkatnya, dari acaranya. I just wanna go out from there as soon as I caaaaaan..... O ma gaaaah....

Trus, trus, trus, trus... di hari kedua. I met a friend from Wonogiri.   Her name is Inten, and emmm... she is a handicapped. Well, I adore her passion. She came so far away from Wonogiri--well, actually it's not so far--but, with her condition she won't give up. She is not as lucky as us, she come from Wonogiri, and her family was just moderate. But, with all the boundaries, she still want to study. I adore her passion.

Rasanya gue kayak ketampar. Gue ngerasa bego aja. Dengan kondisi gue yang begini, dengan dua tangan sempurna, dua kaki sempurna. Semuanya sempurna. Rumah ada di Solo, nggak perlu ngekost, masalah biaya kuliah aman, masalah uang jajan aman, masalah keperluan kuliah kayak laptop modem printer dll juga aman. Bahkan sekarang gue dikasi motor. Padahal gue nggak pernah minta. Bayangin bisa naik motor aja nggak pernah--hehe... gue pernah kecelakaan pas naik motor sendirian soalnya. Jadi cukup trauma dan nggak pernah bayangin bakalan berani naik motor lagi.

Well, balik lagi. I mean, hidup gue untuk kuliah tuh bener-bener udah dipermudah. Sangat-sangat jauh lebih mudah dari temen-temen gue. Tapi kenapa gue nggak bisa bersyukur?

Oke, gue masih sakit ati karena nggak bisa ketrima di universitas impian gue yang udah gue impiin dari kecil. Tapi kemudian, gue kayak dibangunkan secara lembut. Pelan-pelan Tuhan menyadarkan gue, bahwa ada yang hilang berarti ada yang datang. Gue kehilangan universitas yang gue cintai itu, tapi gue didatangi oleh sejumlah berkah yang ternyata banyak banget. Gue terlalu terlarut dalam kekecewaan, sehingga gue menutup mata dari segala berkah yang diberikan-Nya.

Well, idealis boleh. Bagus malahan. Tapi masalahnya, idealis sama egois itu beda dikit. Dikit banget.

Dan gue salah menakar rasa idealisme dalam diri gue, sehingga rasa itu malah berubah menjadi rasa egois. Gue pengen kuliah di univ yang gue pengenin itu karena gue liat UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa. Kayak ekskul kalau di tingkat sekolahan) di sana maju. Gue punya beberapa kenalan yang kuliah di sana dan mereka keliatan bangga banget bisa kuliah dan ikut UKM di sana. Mimpi bisa kuliah di sana itu udah ada sejak SMP. Gue jaga mimpi itu dalam hati gue, gue lakuin seluruh hal yang menunjang gue untuk dapat kuliah di sana--lo tau apa, gue dulu pemalu banget. Introvert, minder, nggak berani speak up-lah pokoknya. Tapi kemudian gue sadar, untuk bisa masuk di universitas itu gue butuh soft skill. Itu sebabnya lulus SMP, gue berubah jadi power ranger. Hehe... nggak ding. Lulus SMP, gue berubah jadi manusia baru yang ekstrovert, percaya diri, dan berani menyuarakan pendapat. Semua itu gue lakuin supaya gue bisa sejajar dengan kandidat lain yang ngincer universitas itu. Gue berusaha meningkatkan kualitas diri gue baik dari segi hard skill maupun soft skill. Pokoknya gue belajar bener-bener deh, but then... tadaaaaa I failed.

Dari tulisan-tulisan gue sebelumnya, lo tau kan gue jadi frustasi banget. Gue ngerasa jadi orang paling broken di dunia. Bahkan, ada saatnya gue jadi nggak percaya Tuhan. Yaaah.... that was the worst...

Tapi yah, bener juga katanya Eyang Kartini. Habis gelap, terbitlah terang. Setelah masa-masa suram gue dilanda frustasi, perlahan gue mulai disadarkan bahwa gagal bukan berarti gue kalah. Gue masih menang, maaaan! Gue hanya nggak menyadarinya. Gue hanya belum mampu menyibak maksud Tuhan sebenarnya.

Gue mulai dapet suntikan semangat di hari kedua OSMARU. Di hari kedua itu para perwakilan UKM di UNS pada presentasi tentang UKM-UKM mereka. Mungkin UKM-nya nggak sebagus sama UKM yang ada di universitas impian gue. Tapi gue nggak mau banding-bandingin. Yang di depan gue sekarang adalah UNS. Maka gue akan melangkah di sana.

Gue tertarik sama UKM LPS. (Apa sih kepanjangannya gue lupa. Pokoknya tentang organisasi karya ilmiah gitu, tulis menulis, jurnalistik, begitulah pokoknya.). Dan-dan-dan-dan yang bikin hepi adalah di LPS itu ada lomba Speech! Speech contest! Aaaaaaaa..... mata gue langsung ijoooo! Speech contest, sejak gue ikutan lomba english camp--walau kalah--gue jadi ketagihan sama pidato bahasa inggris. Makanya waktu liat ada lomba Speech gue langsung tertarik. Gue langsung lupa kalau sebelumnya gue bete banget sama semua hal yang ada di kampus ini.

Well, sekali lagi gue harus menarik ucapan gue sendiri. Di postingan gue yang lalu, nggak tau postingan kapan, gue nggak percaya bahwa kegagalan itu adalah kemenangan yang tertunda. Tapi sekarang, gue mulai meyakini itu. Kegagalan gue di lomba English camp akan mengantarkan gue kepada kemenangan di Speech contest! Yuhuuuuu..... I'm comiiiiiiiing :)

Ya oke, maksud gue dengan mengatakan gue harus menarik ucapan gue adalah, kemarin-kemarin gue ngerasa diri gue useless banget. Kalah lomba English camp, gue merasa diri gue bodoh. But no! Walaupun gue kalah, tapi dari ikut lomba English camp itu, gue jadi ketagihan buat ikutan lomba-lomba bahasa inggris semacam itu. Gue juga lebih ngerti trik-trik berbicara dalam bahasa inggris, cara menarik perhatian audience, cara bersikap ketika pidato, cara menjembatani tema dari satu tema ke tema lain. Pokoknya banyak deh ilmu baru yang bisa gue ambil dari English camp itu.

Oke, oke, oke. Sekali lagi, gue ternyata terlalu terlarut dalam kekecewaan gue terhadap kekalahan gue di lomba English camp. Sehingga gue nggak nyadar bahwa betapa banyak manfaat yang gue dapat di lomba itu.

Yeah well, ternyata pola pikir gue masih terlalu childish. Gue hanya melihat apa yang terlihat di depan gue, tanpa menapak tilasnya terlebih dahulu. I mean, waktu itu gue hanya ngerasa iri dan dendam ngeliat para pemenang lomba English Camp itu saat maju ke depan. Gue nggak berpikir jauh, bahwa mungkin para pemenang di lomba English Camp itu dulunya juga udah ngerasain gagal terlebih dahulu. Mungkin bahkan mereka nggak cuma harus ngerasain sekali-dua kali gagal. Tapi berulang kali sampai akhirnya mereka menang. Gue hanya melihat apa yang gue lihat saat itu aja, yaitu bahwa mereka menang dan gue kalah, dan gue iri, dan gue dendam. Gue nggak menapak tilas sejarah kemenangan mereka terlebih dahulu.

Yeah well, gue rasa sudah saatnya gue meng-make up my mind. Udah saatnya gue merubah pola pikir. It's time to grow up. Idealis boleh, tapi jangan sampai egois. Kecewa boleh, tapi jangan sampai lupa bersyukur. Gagal boleh, tapi jangan sampai enggan untuk bangkit. Dan terkahir, gue kembali percaya akan lagunya Nidji. Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia. Gue kembali memegang mimpi gue. dan nggak akan gue lepas. Jadi penulis, menang lomba speech, naik gunung, jadi wirausahawan, emm... apalagi yaaa? Kalo jadi arkeolog kayaknya udah nggak. Hehehe... Tapi kalau antropolog, mungkin... who knows? 
Yah... inilah yang gue suka dari masa muda. Masa di mana gue akan melakukan kesalahan dan menemukan kebenaran secara bersamaan. Itu sebabnya gue suka novel teenlit. Haha... nggak ada hubungannya juga kali. Gue sih emang demen baca bacaan apa aja. Hehe

 
Well,
Last but not least, 
Teriak dulu yooook. Yel-yelnya anak sejarah.
Sejarah... JASMERAH JASMERAH MERDEKA :)
Buat para bule yang kuliah di UNS, suatu saat nanti lo akan liat gue lagi speech tentang sejarah Indonesia yang oke punya. Dan lo, wahai para bule, bakalan kagum sama sejarah bangsa Indonesia. Bangsa gue niiiiih, bangsa yang besar, bangsa yang berani bermimpi... 
:) 


Selasa, 20 Agustus 2013

The truth about love






(Atas : Cover baru, bawah : cover lama)

Hai! Malem-malem gini, gue kena insomnia. Nggak bisa tidur. Lagi bete, pula. Ya udah deh, mendingan gue ngeresensi novel.


Well, novel yang bakal gue resensi kali ini adalah novel karyaknya Orizuka, alias Okke Rizka Septania.

Novel ini, menurut gue punya beberapa kesamaan pola dengan novel Summer Breeze yang juga dikarang oleh mbak Orizuka. Di antaranya, karakter utama cowoknya yang diam-diam menderita penyakit dan didera frustasi akut. Trus karakter ceweknya tipikal yang hepi, easy going, perhatian banget sama si cowok walaupun si cowok itu udah antipati, sabar banget, dan mendukung si cowok banget. Looks so sweet, right? And that's right. Novel ini emang dikemas dengan begitu romantis. Bikin air mata meleleh. Bikin rasanya nggak masalah baca sampe jam dua pagi.

Well, ceritanya itu tentang Yogas (Hero di cerita ini) yang menderita suatu penyakit mematikan. Dia udah putus asa hidup. Satu-satunya yang masih bisa bikin dia pengen hidup adalah obsesinya untuk membunuh Joe, teman yang sudah menularkan penyakit itu ke Yogas. Itu satu-satunya alasan Yogas hidup. Kalau dia sudah bisa membunuh Joe, dia nggak masalah mati karena penyakitnya itu.

Oke, intinya si Yogas ini hidupnya udah frustated banget. Dia kehilangan teman, dan pacarnya bahkan papanya milih meninggalkan dia karena penyakit itu. One day, Yogas pergi ke Jogja buat nemuin Joe. Dia nge-kost di sebuah kost bobrok nan murah meriah di Jogja. Di sana dia ketemu Kana (Heroine di cerita ini). Kana memiliki karakter ceria dan easy going dia nggak ambil pusing sama sikap jutek dan tertutupnya Yogas. Dia malah mengira sikap jutek dan tertutupnya Yogas itu karena Yogas menyimpan permasalahan berat, dan Kana mau membantu.

Well, selanjutnya baca sendiri. Gue nggak mau nimbulin spoiler banyak-banyak nih di sini. Gue pengennya komentar aja. Wuss... lagaknya udah kayak yang paling bener aja komen-komen.

Well, oke, mari sikat!

Komentar pertama

Dari depan interaksi Kana dan Yogas udah asik banget diikutin. Lucu. Sifat ceria dan muka temboknya Kana bikin Yogas lama-lama nggak bisa mempertahankan sifat cueknya di depan cewek itu. Mau digalakin kayak apa juga Kana bakalan terus ramah, bakalan terus mau temenan sama Yogas. Padahal Yogas berusaha sekuat tenaga untuk menjauh, karena dia takut dijauhi, makanya lebih baik dia yang menjauh dari awal. Di halaman-halaman awal, kita bakal dibikin ngakak sama aksi berantem Yogas-Kana yang lucu bin konyol.

Komentar kedua.
Novel ini ditulis dengan bahasa yang nggak belibet. Bahkan bisa dibilang diksinya standar. Nggak ada pemilihan kata yang terbilang puitis atau nyastra. Tapi, novel ini meaningful banget. Ada banyak pemikiran mendalam yang ada di novel ini. Kayak... ini bentar gue cari. (Ambil novel, trus buka-buka halamannya, agak lama, soalnya lupa halaman berapa. hehe)
Aduuuh.... gue lupa di halaman berapa. Pokoknya banyak kok. Keren aja gitu. Dengan diksi yang minimalis, bisa merangkai kata-kata yang meaningful. Yang paling gue inget cuma satu; Apalagi yang tersisa untuk disakiti? Itu yang ngomong Kana pas curhat sama Lian--temennya Kana. Haha... Yogas emang bener-bener tega, sih. Dia berusaha banget menjauhkan diri dari Kana yang padahal sangat sayang ke dia.

Komentar Ketiga
Nah, ini udah mulai yang jelek-jelek nih komennya. Hehe... Oke, to the point ya, gue agak menyayangkan seting tempatnya yang menurut gue monoton. Kurang kaya seting tempat kalau menurut gue. Adegannya cuma seputar kost - roof top - kost - roof top - kost - roof top. Iya sih yang mengaitkan mereka berdua ya cuma kost. Nggak ada yang lainnya. Tapi, apa kek. Bisa ditambah lagi, deh, menurut gue. Objek wisata Jogja kan banyak. Ini yang keluar cuma Pantai Parangtritis. Ya, oke, deh. Yogas ceritanya ke Jogja cuma punya satu tujuan; nyari Joe. Otomatis dia nggak peduli sama keindahan kota Jogja. Tapi... aduh... miskin seting tempat deh, menurut gue.

Komentar Keempat
Yang jelek-jelek lagi nih komennya. Hehe... Oke, to the point lagi ya. Menurut gue hal yang satu ini cukup kompleks. Gini, kan si Yogas sangat berusaha menjauh dari Kana karena dia takut lama-lama Kana yang awalnya ngaku bersedia menerima Yogas dan penyakitnya itu, berubah pikiran jadi milih ninggalin Yogas karena mulai capek ngurusin Yogas yang penyakitan. (Aduuh.... nggak tega nyebut Yogas penyakitan). Itu ketakutan Yogas yang pertama. Ketakutan Yogas yang kedua adalah, Yogas takut Kana bakal ngerasa kehilangan kalau suatu hari nanti Yogas meninggal karena penyakitnya itu. Dia nggak mau Kana jadi sedih karena kehilangan dia. (Gentle banget, broooo). Trus, ketakutan ketiga adalah, penyakit Yogas ini penyakit berat. Jadi, Yogas takut bakal ngerepotin Kana kalau penyakitnya semakin parah. Yogas takut Kana bakalan sampe harus mengorbankan masa depannya hanya untuk ngurusin Yogas. Nah lo, kesannya penyakitnya parah banget, kan? Emang, sih, penyakitnya parah dan mematikan. Tapi di cerita ini, ditampilkan Yogas masih fine-fine aja sama penyakitnya. Emang di beberapa bagian ditunjukkan kalau kondisi Yogas udah mulai nggak fit. Kayak kelenjar getah beningnya mulai bermasalah, daya tahan imunnya menurun. Tapi, masih kurang tragis menurut gue. Jadi kesannya, penyakitnya Yogas nggak semenakutkan yang dia pikir. Well, oke. Penyakit ini membunuh secara perlahan-lahan dan butuh waktu lama untuk berkembang. Tapi kan, Yogas udah dapet penyakit itu sejak 6 tahun lalu. Harusnya kondisinya udah lumayan lemah, lho. Harusnya lebih parah dari ini. Apalagi di sini diceritain Yogas perokok. Nah lo, daya tahan tubuhnya harusnya lebih buruk. Jadi kesannya, apa yang ditakutkan Yogas; kayak dia takut Kana bakalan sampe harus mengorbankan masa depannya hanya untuk ngurusin Yogas, itu jadi kurang berasa. Harusnya ada pembuktian riil ketika Yogas udah bener-bener lemah, tapi Kana tetep mau nemenin. Di sini cuma diceritain pas Yogas demam, Kana mau nemenin. Cuma demam, bro. Tapi adegan itu udah cukup ngasih nilai plus, sih. Adegan itu menunjukkan kalau Kana tetep peduli sama Yogas sekalipun penyakit yang diderita Yogas mematikan dan menular. Dia nggak takut ketularan dan tetep bersedia ngerawat Yogas. (Uuuu... co cwiiiit ).
Tapi-tapi-tapi-tapi... yang mau gue sampein di komen keempat ini adalah; Kan, keadaan Yogas kurang tragis, jadi kesannya novel ini cuma sibuk menceritakan ketangguhan hati Kana yang tetap mau bersedia menerima Yogas walaupun Yogas udah berusaha supaya Kana menjauh darinya. Novel ini nggak menceritakan lebih lanjut parahnya penyakit Yogas yang bikin dia jadi segitu ngototnya menjauhkan Kana dari dirinya.
Well, itu aja sih yang gue sesalkan dari novel ini. Bukti riil kalau Kana mau menerima Yogas itu kurang nyata. Soalnya kondisi Yogas kurang parah. Jadinya, aksi Yogas melarang Kana deket-deket sama dia itu jadi kayak emm... omong kosong? (Aduuuh tega banget sih gue ngomong gitu) Ya... kira-kira begitu deh.

Yeah... over all, novel ini terbilang nggak akan bikin kalian nyesel karena telah menghabiskan waktu, tenaga, serta air mata demi membacanya. Paket lengkap kok nih novel. Bisa bikin ketawa, bisa bikin nangis, bisa bikin sebel. Ngaduk-aduk emosi pembaca deh. Masalah ending... ya... Orizuka banget. Agak ketebak sih endingnya gimana. Cuma eksekusinya yang bikin kaget. Kirain endingnya bakalan begitu karena penyakit Yogas. Ternyata karena hal lain. Nyebelin. Yaa... mungkin Kak Orizuka mau ngasih moral value bahwa tetap Tuhan yang tau segalanya. Bukan dokter, bukan diri kita, bukan siapa-siapa. Semua hal itu adalah ketetapan Tuhan. Manusia nggak bisa memprediksi. Mungkin itu maksud Kak Orizuka bikin ending begitu. Tapi, kok, otak jahat gue bilang kalau endingnya dibuat begitu supaya ceritanya lebih cepet, ya? Supaya nggak perlu nampilin masa-masa kritis Yogas karena penyakitnya semakin parah. Yaaah... who knows... Gue nggak mau menyela karya Kak Okke banyak-banyak. Karena ya emang cuma itu aja kekurangannya. Selanjutnya, semua oke. Bisa bikin ngakak, bisa bikin sedih, bisa bikin sebel, dan yang penting bisa bikin pembaca lupa sama masalah kehidupannya sendiri. Pembaca kan baca novel buat refreshing. Ya berarti harus terhibur dong. Dan gue merasa terhibur di novel ini. Sangat terhibur :)

Lima bintang deeeeh :)

Senin, 19 Agustus 2013

FRUSTRATED

 Hai! Anyway, gue bersyukur blog gue nggak banyak dibaca. Karena apa? Karena blog gue isinya cuma mengeluh, mengeluh, dan mengeluh. Ya ya ya… gue tau gue manusia kufur yang yaaaa…. What the shit lah pokoknya.

Gue nggak ngerti nih. Kayaknya kefrustasian gue karena akumulasi dari rasa putus asa gue atas kegagalan gue sebelum-sebelumnya. Banyaaaaak banget kegagalan yang gue alami akhir-akhir ini. Ngirim cerpen 13 kali nggak ada yang diterima. Gagal, kan? Novel gue yang paliiiiing gue pikir bener-bener selama dua tahun ditolak. Gagal, kan? Lomba english camp kurang dikiiiiit lagi skor gue bisa masuk final. Tapi tetep aja judulnya nggak jadi masuk final. Itu berarti, Gagal, kan? Dulu gue pengen banget bisa magang di KAP Rahmad Wahyudi. Udah belajar bener-bener tapi nggak lolos seleksi. Gagal, kan? Ikut lomba poster, nggak menang. Gagal, kan? Punya target jadi juara umum nilai UAN, trus temen gue tuh yang jadi juara umum nilai rata-ratanya 9,6. Sementara gue 9,5. Tipis banget, maaan. Tapi tetep aja judulnya nggak mencapai target. Alias, Gagal, kan? (Nih temen gue yang juara pasti ketawa-tawa nih baca blog gue. hehe… peace, mbak bro) Trus-trus, gue juga punya target nilai bahasa inggris gue bisa 10 pas UAN. Eeee… dapetnya 9,8. Lagi-lagi Tipis banget, maaan. Tapi tetep aja judulnya nggak mencapai target. Alias, Gagal, kan?
Dan, yang paling bikin gue bete adalah yang baru aja terjadi. Gue pengen banget bisa kuliah di U** tapi ternyata gue nggak ketrima. Ketrimanya di UNS.

NYEBELIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN…………….

I mean, bukannya gue serakah. Gue cuma benci aja. I always lost my last puzzle. Kenapa tiap kali gue menyusun puzzle kehidupan gue, selalu aja gue kehilangan kepingan terakhir puzzle gue? Kenapa tiap kali gue hampir mencapai puncak, selalu aja ada yang bikin gue tergelincir dan gagal menempati puncak itu? Why? What’s the prob? What’s my mistake? Did I do something wrong?

Karena Tuhan belum percaya lo bisa nempatin puncak itu dengan bijaksana. Makanya lo dipertemukan dengan kegagalan terlebih dahulu! Tuhan takut lo jadi sombong kalau lo ada di puncak itu di saat lo belum cukup bijaksana!

AAAAAH…. SHITTTTTT! Selalu aja ya, selalu ketika gue marah-marah, ada aja sisi hati gue yang nasehatin gue.

Karena kalo nggak gitu lo bisa gila!

Tapi sekali-kali gue juga pengen marah!

Ya udah kalo gitu marah aja, tapi cukup sekali! Lo punya Tuhan yang ngeliat lo!

FINE! I really gonna be crazy. Lama-lama kalau gini gue takut untuk punya ekspektasi. Lama-lama gue takut untuk bermimpi. Buat apa gue punya target kalau ujung-ujungnya gue gagal? Kalau ujung-ujungnya gue nggak bisa menuhin target itu? Udah capek-capek berusaha, tapi gagal. Males banget kan kalau gitu. Mendingan diem di tempat, nggak usah berusaha. Toh ujung-ujungnya gue gagal. Ya, kan?

Kegagalan itu kemenangan yang tertunda, Ris!

Diem lo! Basi lo ngomong begitu! Pepatah basi!

Gue serius. Lo bisa ngomong itu pepatah basi karena lo belum menemukan kebenaran dari pepatah itu.

Trus kapan gue bisa menemukan kebenaran itu? Kapan? Besok kalau gue udah beranak cucu? Iya? Bullshit lo!

Fine! Terserah kalau lo mau marah-marah. Silakan. Tapi inget, ini pertama dan terakhir kali lo marah.

Setelah itu lo harus berpikir jernih lagi!

Gue nggak janji! Berisik!

Lo akan nyesel suatu hari nanti kalau lo marah-marah gini!

Kalau gitu gue akan nanggung rasa sesal gue itu sendiri!

Marah-marah bikin lo jadi bertindak impulsif!

Lo sendiri juga sekarang ikutan marah, bego!

Itu karena lo nggak bisa dibilangin!

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA I’m nearly death… give me a favor…

YOUR OWN SELF WHO CAN GIVE YOU FAVOR!

capek... capek berkhayal ketinggian. rasanya kayak gue dipaksa bangun dari tidur gue, dipaksa meninggalkan mimpi indah gue, dipaksa menghadapi kenyataan yang nggak seindah mimpi gue, dan dipaksa sadar bahwa mimpi dan kenyataan itu beda. beda jauh. mendadak gue jadi benci sama lagunya nidji; laskar pelangi. mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia, you think so, huh?

tapi lagu itu bener juga. lo hanya lagi putus asa sekarang. makanya lo bilang lagu itu jelek

Apanya? Emang jelek. Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia? to againts the world? You serious? haha... wake up. come on up. it's nonsense. WAKE UP!

RIS! what the hell you think?! lo boleh putus asa. tapi jangan berlarut-larut. hidup lo nggak setragis orang cacat. lo jauh lebih memiliki harapan untuk menggapai cita-cita lo daripada mereka. lo nggak punya keterbatasan fisik, ortu lo masih lengkap, lo nggak berkekurangan secara apa pun. YOU WAKE UP!

Argggggghhhhh gue pusing, anyway, gue mau share lagu yang sekarang lagi gue denger. lagunya Robbie Williams. betterman. nggak ada hubungannya sih arti nih lagu sama apa yang lagi gue rasain sekarang. gue suka alunan nadanya aja. bikin tenang. here's the song....

Send someone to love me
Kirimkan seseorang 'tuk mencintaiku

I need to rest in arms
Aku butuh istirahat dalam dekapannya

Keep me safe from harm
Menjagaku dari mara bahaya

In pouring rain
Dalam guyuran hujan


Give me endless summer
Beri aku musim panas abadi

Lord, I fear the cold
Tuhan, aku takut dingin

Feel I'm getting old
Rasanya aku bertambah tua

Before my time
Sebelum waktuku


CHORUS
As my soul heals the shame
Saat jiwaku sembuhkan rasa malu ini

I will grow through this pain
Aku kan lewati luka ini

Lord, I'm doing all I can
Tuhan, kulakukan segala yang kubisa

To be a better man
'Tuk menjadi manusia yang lebih baik


Go easy on my conscience
Bersikap lembut pada nuraniku

'Cause it's not my fault
Karena itu bukan salahku

I know I've been told
Aku tahu tlah ada yang memberitahu

To take the blame
Untuk akui kesalahan


Rest assured my angels
Yakin para bidadariku

Will catch my tears
Akan tadahi air mataku

Walk me out of here
Membawaku keluar dari sini

I'm in pain
Aku sedang kesakitan


CHORUS
As my soul heals the shame
Saat jiwaku sembuhkan rasa malu ini

I will grow through this pain
Aku kan lewati luka ini

Lord, I'm doing all I can
Tuhan, kulakukan segala yang kubisa

To be a better man
'Tuk menjadi manusia yang lebih baik


Once you've found that lover
Begitu kau temukan kekasih

You're homeward bound
Kau pasti 'kan ingin pulang

Love is all around
Cinta ada di segala penjuru

Love is all around
Cinta ada di segala penjuru

I know some have fallen
Aku tahu ada yang tlah jatuh

On stony ground
Di tanah berbatu

But love is all around
Tapi cinta ada di segala penjuru


Send someone to love me
Kirimkan seseorang 'tuk mencintaiku

I need to rest in arms
Aku butuh istirahat dalam dekapannya

Keep me safe from harm
Menjagaku dari mara bahaya

In pouring rain
Dalam guyuran hujan


Give me endless summer
Beri aku musim panas abadi

Lord, I fear the cold
Tuhan, aku takut dingin

Feel I'm getting old
Rasanya aku bertambah tua

Before my time
Sebelum waktuku


CHORUS
As my soul heals the shame
Saat jiwaku sembuhkan rasa malu ini

I will grow through this pain
Aku kan lewati luka ini

Lord, I'm doing all I can
Tuhan, kulakukan segala yang kubisa

To be a better man
'Tuk menjadi manusia yang lebih baik