Hai! Kali ini gue mau cerita tentang cowok ketiga. Well ini sebenernya cerita sederhana.
Tapi mungkin guenya aja yang lebai. Hahaha….
Jadi begini. Gue udah lama banget nggak
kontak-kontakan sama dia. Ada rasa kangen sih. Tapi nggak sampai yang
meledak-ledak gitu. Karena gue tau porsi gue cuma sebagai temen. Gue dulu
sempet berharap, “Tuhan… di dalam keadaan yang nggak memungkinkan ini, tolong
pertemukan kami. Sekali aja deh. Hanya untuk membuktikan bahwa aku mampu
menangani diriku sendiri. Hanya untuk membuktikan bahwa aku mampu
mengikhlaskannya. Itu aja Tuhan. Please…”
Mungkin adab berdoa gue kurang sopan di mata Tuhan.
Makanya doa gue nggak terkabul. Tapi one
day, di suatu siang yang terik. Di suatu siang ketika perut gue didera rasa
lapar. Di suatu siang di saat gue musti lari sana lari sini karena gue lagi ada
kesibukan, di siang itulah gue ketemu dia!
Tuhan ngabulin doa gue yang belepotan itu. Wow… emang Tuhan Mahamendengar.
Nggak peduli hambanya berdoa seenak jidatnya sendiri, tetep dikabulin. Oh… thanks Gooood!
Singkat cerita, dia manggil gue pas papasan di koridor
gedung itu. (Gue belum siap mempublikasikan setting tempat cerita ini
berlangsung. Pokoknya lu ikutin ajalah ya) Gue lagi sibuk-sibuknya siang itu.
Tapi gue putusin buat berhenti sejenak, dan gue ngobrol sama dia. Kapan lagi
gitu lho gue ketemu dia. Kami udah jarang banget ketemu soalnya.
Kami ngobrol singkat sih. Dia nanya gue lagi ngapain
kok buru-buru. Gue jawab ada urusan ***** gitu. (Awas lu jangan mikir yang aneh-aneh. Ini bukan urusan yang kayak
gimana-gimana).
Waktu itu gue sempet nanya basa-basi, “Lulus sekolah
mau lanjut kuliah?” tanya gue.
“Yup!”
“Lo mau ambil apa?”
“Mo ambil komputer, kulkas, TV, laptop.”
“Lu mau kuliah apa mau maling?! Kalau gitu sih lu
bukan masuk kampus tapi masuk penjara! Lu mo maling, ha?”
“Bukan. Gue mau kredit barang elektronik!”
“Hahahaha…” Gue langsung ketawa. Dia juga ketawa.
“Lagian lu nanyanya mau ambil apa. Ya nggak
sinkronlah sama EYD. Yang bener itu lu mau masuk jurusan apa. Gitu gue baru
ngerti.”
“Hahaha…. Oke-oke gue nurut aja deh!” Gue masih
tetep ngakak.
Gue nggak tau sebenernya itu cukup lucu atau nggak.
Tapi yang jelas gue ngakak denger tiap kalimat yang diucapkannya dengan gaya
cuek itu. Terakhir gue ngakak selepas itu adalah ketika gue nonton Kang Denny
Cagur ngelawak di salah satu acara TV. Dan sekarang si cowok ketiga ini
berhasil bikin gue ngakak lepas kayak pas gue nonton Kang Denny Cagur. (Di
postingan sebelumnya gue udah cerita kan kalau si cowok ketiga ini punya selera
humor yang excellent abis?).
Dia sebenernya bisa dibilang temen lama yang datang kembali.
Kalau disingkat apa ya? TLDK? Ya okelah kita ciptain singkatan baru itu. Cuma
masa bermula kita ketemu pertama kali itu beda sama si cowok kedua. (Yaelah
pasti pusing baca postingan gue).
Begini deh gampangnya. Dulu kami pernah ketemu di….
Di mana… di mana… di mana…. Malah nyanyiin lagunya Ayu Ting-Ting. Hahaha….
Aduhhh maap pemirsa untuk setting tempat yang berkaitan sama cowok ketiga ini
gue bener-bener belum siap mempublikasikannya. Pokoknya lu ikutin aja
ceritanya. Tapi jangan mikir yang aneh-aneh. Ntar lu mikir gue ketemuan di
warung remang-remang lagi. Kagaaaaaaak. Gini-gini gue anak baik-baik tau.
Well, pertama
kali ketemu tuh anak, dia udah keliatan kocak. Temen-temennya juga satu spesies
sama mereka. Spesies pelawak. Lama-lama bakal bikin grup lawak kali mereka.
Di pertemuan-pertemuan lampau itu gue sama dia
bener-bener cuma temenan. Gue enjoy dalam
obrolan yang berlangsung di antara dia dan teman-temannya. Gue udah kayak
bagian dari mereka. Mereka nggak nganggep gue sebagai temen baru yang biasanya
bakalan canggung. Mereka langsung menarik gue ke dalam dunia mereka yang penuh
tawa. Gue nggak cuma kayak lagi nonton pertunjukan lawak. Tapi gue berasa kayak
terlibat dalam pertunjukan lawak itu. Walau gue nggak pinter-pinter banget
ngelawak tapi mereka bisa mancing gue biar tetep enjoy. It went so perfect. Full of laugh, full of warmth.
Then, kami
harus kembali ke dunia kami masing-masing. Dia dan teman-temannya kembali ke
dunia manusia, sementara gue ke dunia demit. Ebuseeeeet. Bukan begitu. Ah elu
tuh!
Yah intinya. Pada akhirnya waktu membangunkan gue.
Waktu menggiring gue untuk kembali ke kehidupan gue. Gue berpisah dengan dia
dan teman-temannya.
Berbulan-bulan gue nggak dapet kabar apa-apa tentang
dia. (Bang Toyib!). Hingga akhirnya suatu ketika gue ketemu lagi sama dia. Nah
ini nih awal mula TLDK. Awalnya ya gue masih sama kayak dulu. Nganggep dia temen
doang. Apa lagi waktu itu gue dalam rangka kapok jatuh cinta dan berikrar nggak
mau kenal cinta.
Tapi emang dasar. Cinta itu kayak semut. Kecil
banget. Penyusup sejati. Setinggi apa pun membangun benteng tapi tetep aja bisa
kecolongan karena si cinta itu menyusup dengan cerdiknya.
Jadi inget lagunya David Archuletta. Yang judulnya Crush.
Do
you ever think
When you're all alone
All that we could be?
Where this thing could go?
Am I crazy or falling in love?
Is it real or just another crush?
Do you catch a breath
When I look at you?
Are you holding back
Like the way I do?
'Cause I'm trying, trying to walk away
But I know this crush ain't going
Away
Going away
When you're all alone
All that we could be?
Where this thing could go?
Am I crazy or falling in love?
Is it real or just another crush?
Do you catch a breath
When I look at you?
Are you holding back
Like the way I do?
'Cause I'm trying, trying to walk away
But I know this crush ain't going
Away
Going away
Huuuaaaaa….. mirip deh tuh. Perlahan-lahan dia
menjinakkan sikap keras kepala gue yang nggak mau kenalan sama cinta. Dia
kembali mengenalkan gue dengan cinta. Hingga akhirnya (Lo tau dong dari
postingan gue sebelumnya kisah ini berakhir gimana?) Yup! Hingga akhirnya gue
baru sadar kalau ternyata dia udah pacaran sejak akhir tahun lalu. Dan dia
setia banget sama pacarnya. Dan pacarnya itu cantik banget. Bikin gue berasa
malu sendiri. Gue nggak ada apa-apanya dibandingin sama pacarnya.
Well-well-well. Dia
jadian di penghujung tahun. Nggak penghujung-penghujung banget sih lebih
tepatnya. Tapi ya di bulan-bulan akhir gitulah kira-kira. Hmmm…. Si cowok kedua
jadian di bulan Oktober. Si cowok ketiga jadian di penghujung tahun. Kayaknya
gue sensitif banget ya sama quarter tahun
terakhir?
Ya okelah. Tapi gue nggak sakit ati-sakit ati
banget. Saat itulah gue juga baru sadar kalau feeling gue ke dia itu masih berupa rasa kagum terhadap pribadinya,
belum jadi feeling suka layaknya
cewek ke cowok. Jadi gue nggak kecewa-kecewa banget pas tau dia punya pacar.
Then, today…. Setelah
sekian lama gue nggak ketemu dia, gue ketemu lagi, Tuhan mengabulkan doa gue,
dan kami ngobrol bareng. It was so
convenient. It was nice. It was…. It was… it was… good.
Haha… apaan sih. Yah… gue bilang juga apa. Ceritanya
tuh sederhana. Tapi guenya aja yang lebai. Wakawakawaka….
Sudah. Begitu saja cerita gue kali ini. Ntar kalau
ada scene-scene menarik lagi gue
ceritain deh. See you ba-byeee…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar