Minggu, 21 Oktober 2012

sharing: i doubt you, my friend


Aku pernah membenci orang karena suatu hal. Tidak tanggung-tanggung. Yang kubenci itu adalah sahabatku sendiri. Sahabat. Bukan teman. Tapi sahabat. Orang yang kupercayai, orang yang mengerti aku sepenuhnya. Dan suatu ketika aku membencinya lebih dari musuh termenyebalkanku sekalipun. Ya, dia tanpa sengaja pernah membuat kesalahan fatal dan itu sangat mengecewakanku. Berbulan-bulan aku memendam rasa kesalku. Lama-lama rasa kesal itu meledak dan bermetamorfosis menjadi rasa benci. Di depan sahabatku itu, aku berlaku baik. Tapi dalam hati aku membencinya setengah mati. Aku belum bisa memaafkannya saat itu. Ya, lambat laun aku merasa persahabatanku mulai tidak sehat. Aku tahu letak penyakitnya adalah aku sendiri yang tidak mau memaafkan sahabatku. Dan satu-satunya obat untuk menyehatkan persahabatanku adalah aku harus memaafkannya tanpa harus menunggu dia meminta maaf. Semuanya berjalan lambat. Jujur aku butuh waktu lama untuk memaafkannya. Tapi lambat laun semuanya pulih kembali. Aku sudah mulai melupakan kesalahannya, walau terkadang masih sakit hati bila mengingatnya. Tapi semuanya berjalan mengalir. Dan aku sudah menganggapnya lagi sebagai sahabat. #really?

Tidak ada komentar: