Selasa, 20 Agustus 2013

The truth about love






(Atas : Cover baru, bawah : cover lama)

Hai! Malem-malem gini, gue kena insomnia. Nggak bisa tidur. Lagi bete, pula. Ya udah deh, mendingan gue ngeresensi novel.


Well, novel yang bakal gue resensi kali ini adalah novel karyaknya Orizuka, alias Okke Rizka Septania.

Novel ini, menurut gue punya beberapa kesamaan pola dengan novel Summer Breeze yang juga dikarang oleh mbak Orizuka. Di antaranya, karakter utama cowoknya yang diam-diam menderita penyakit dan didera frustasi akut. Trus karakter ceweknya tipikal yang hepi, easy going, perhatian banget sama si cowok walaupun si cowok itu udah antipati, sabar banget, dan mendukung si cowok banget. Looks so sweet, right? And that's right. Novel ini emang dikemas dengan begitu romantis. Bikin air mata meleleh. Bikin rasanya nggak masalah baca sampe jam dua pagi.

Well, ceritanya itu tentang Yogas (Hero di cerita ini) yang menderita suatu penyakit mematikan. Dia udah putus asa hidup. Satu-satunya yang masih bisa bikin dia pengen hidup adalah obsesinya untuk membunuh Joe, teman yang sudah menularkan penyakit itu ke Yogas. Itu satu-satunya alasan Yogas hidup. Kalau dia sudah bisa membunuh Joe, dia nggak masalah mati karena penyakitnya itu.

Oke, intinya si Yogas ini hidupnya udah frustated banget. Dia kehilangan teman, dan pacarnya bahkan papanya milih meninggalkan dia karena penyakit itu. One day, Yogas pergi ke Jogja buat nemuin Joe. Dia nge-kost di sebuah kost bobrok nan murah meriah di Jogja. Di sana dia ketemu Kana (Heroine di cerita ini). Kana memiliki karakter ceria dan easy going dia nggak ambil pusing sama sikap jutek dan tertutupnya Yogas. Dia malah mengira sikap jutek dan tertutupnya Yogas itu karena Yogas menyimpan permasalahan berat, dan Kana mau membantu.

Well, selanjutnya baca sendiri. Gue nggak mau nimbulin spoiler banyak-banyak nih di sini. Gue pengennya komentar aja. Wuss... lagaknya udah kayak yang paling bener aja komen-komen.

Well, oke, mari sikat!

Komentar pertama

Dari depan interaksi Kana dan Yogas udah asik banget diikutin. Lucu. Sifat ceria dan muka temboknya Kana bikin Yogas lama-lama nggak bisa mempertahankan sifat cueknya di depan cewek itu. Mau digalakin kayak apa juga Kana bakalan terus ramah, bakalan terus mau temenan sama Yogas. Padahal Yogas berusaha sekuat tenaga untuk menjauh, karena dia takut dijauhi, makanya lebih baik dia yang menjauh dari awal. Di halaman-halaman awal, kita bakal dibikin ngakak sama aksi berantem Yogas-Kana yang lucu bin konyol.

Komentar kedua.
Novel ini ditulis dengan bahasa yang nggak belibet. Bahkan bisa dibilang diksinya standar. Nggak ada pemilihan kata yang terbilang puitis atau nyastra. Tapi, novel ini meaningful banget. Ada banyak pemikiran mendalam yang ada di novel ini. Kayak... ini bentar gue cari. (Ambil novel, trus buka-buka halamannya, agak lama, soalnya lupa halaman berapa. hehe)
Aduuuh.... gue lupa di halaman berapa. Pokoknya banyak kok. Keren aja gitu. Dengan diksi yang minimalis, bisa merangkai kata-kata yang meaningful. Yang paling gue inget cuma satu; Apalagi yang tersisa untuk disakiti? Itu yang ngomong Kana pas curhat sama Lian--temennya Kana. Haha... Yogas emang bener-bener tega, sih. Dia berusaha banget menjauhkan diri dari Kana yang padahal sangat sayang ke dia.

Komentar Ketiga
Nah, ini udah mulai yang jelek-jelek nih komennya. Hehe... Oke, to the point ya, gue agak menyayangkan seting tempatnya yang menurut gue monoton. Kurang kaya seting tempat kalau menurut gue. Adegannya cuma seputar kost - roof top - kost - roof top - kost - roof top. Iya sih yang mengaitkan mereka berdua ya cuma kost. Nggak ada yang lainnya. Tapi, apa kek. Bisa ditambah lagi, deh, menurut gue. Objek wisata Jogja kan banyak. Ini yang keluar cuma Pantai Parangtritis. Ya, oke, deh. Yogas ceritanya ke Jogja cuma punya satu tujuan; nyari Joe. Otomatis dia nggak peduli sama keindahan kota Jogja. Tapi... aduh... miskin seting tempat deh, menurut gue.

Komentar Keempat
Yang jelek-jelek lagi nih komennya. Hehe... Oke, to the point lagi ya. Menurut gue hal yang satu ini cukup kompleks. Gini, kan si Yogas sangat berusaha menjauh dari Kana karena dia takut lama-lama Kana yang awalnya ngaku bersedia menerima Yogas dan penyakitnya itu, berubah pikiran jadi milih ninggalin Yogas karena mulai capek ngurusin Yogas yang penyakitan. (Aduuh.... nggak tega nyebut Yogas penyakitan). Itu ketakutan Yogas yang pertama. Ketakutan Yogas yang kedua adalah, Yogas takut Kana bakal ngerasa kehilangan kalau suatu hari nanti Yogas meninggal karena penyakitnya itu. Dia nggak mau Kana jadi sedih karena kehilangan dia. (Gentle banget, broooo). Trus, ketakutan ketiga adalah, penyakit Yogas ini penyakit berat. Jadi, Yogas takut bakal ngerepotin Kana kalau penyakitnya semakin parah. Yogas takut Kana bakalan sampe harus mengorbankan masa depannya hanya untuk ngurusin Yogas. Nah lo, kesannya penyakitnya parah banget, kan? Emang, sih, penyakitnya parah dan mematikan. Tapi di cerita ini, ditampilkan Yogas masih fine-fine aja sama penyakitnya. Emang di beberapa bagian ditunjukkan kalau kondisi Yogas udah mulai nggak fit. Kayak kelenjar getah beningnya mulai bermasalah, daya tahan imunnya menurun. Tapi, masih kurang tragis menurut gue. Jadi kesannya, penyakitnya Yogas nggak semenakutkan yang dia pikir. Well, oke. Penyakit ini membunuh secara perlahan-lahan dan butuh waktu lama untuk berkembang. Tapi kan, Yogas udah dapet penyakit itu sejak 6 tahun lalu. Harusnya kondisinya udah lumayan lemah, lho. Harusnya lebih parah dari ini. Apalagi di sini diceritain Yogas perokok. Nah lo, daya tahan tubuhnya harusnya lebih buruk. Jadi kesannya, apa yang ditakutkan Yogas; kayak dia takut Kana bakalan sampe harus mengorbankan masa depannya hanya untuk ngurusin Yogas, itu jadi kurang berasa. Harusnya ada pembuktian riil ketika Yogas udah bener-bener lemah, tapi Kana tetep mau nemenin. Di sini cuma diceritain pas Yogas demam, Kana mau nemenin. Cuma demam, bro. Tapi adegan itu udah cukup ngasih nilai plus, sih. Adegan itu menunjukkan kalau Kana tetep peduli sama Yogas sekalipun penyakit yang diderita Yogas mematikan dan menular. Dia nggak takut ketularan dan tetep bersedia ngerawat Yogas. (Uuuu... co cwiiiit ).
Tapi-tapi-tapi-tapi... yang mau gue sampein di komen keempat ini adalah; Kan, keadaan Yogas kurang tragis, jadi kesannya novel ini cuma sibuk menceritakan ketangguhan hati Kana yang tetap mau bersedia menerima Yogas walaupun Yogas udah berusaha supaya Kana menjauh darinya. Novel ini nggak menceritakan lebih lanjut parahnya penyakit Yogas yang bikin dia jadi segitu ngototnya menjauhkan Kana dari dirinya.
Well, itu aja sih yang gue sesalkan dari novel ini. Bukti riil kalau Kana mau menerima Yogas itu kurang nyata. Soalnya kondisi Yogas kurang parah. Jadinya, aksi Yogas melarang Kana deket-deket sama dia itu jadi kayak emm... omong kosong? (Aduuuh tega banget sih gue ngomong gitu) Ya... kira-kira begitu deh.

Yeah... over all, novel ini terbilang nggak akan bikin kalian nyesel karena telah menghabiskan waktu, tenaga, serta air mata demi membacanya. Paket lengkap kok nih novel. Bisa bikin ketawa, bisa bikin nangis, bisa bikin sebel. Ngaduk-aduk emosi pembaca deh. Masalah ending... ya... Orizuka banget. Agak ketebak sih endingnya gimana. Cuma eksekusinya yang bikin kaget. Kirain endingnya bakalan begitu karena penyakit Yogas. Ternyata karena hal lain. Nyebelin. Yaa... mungkin Kak Orizuka mau ngasih moral value bahwa tetap Tuhan yang tau segalanya. Bukan dokter, bukan diri kita, bukan siapa-siapa. Semua hal itu adalah ketetapan Tuhan. Manusia nggak bisa memprediksi. Mungkin itu maksud Kak Orizuka bikin ending begitu. Tapi, kok, otak jahat gue bilang kalau endingnya dibuat begitu supaya ceritanya lebih cepet, ya? Supaya nggak perlu nampilin masa-masa kritis Yogas karena penyakitnya semakin parah. Yaaah... who knows... Gue nggak mau menyela karya Kak Okke banyak-banyak. Karena ya emang cuma itu aja kekurangannya. Selanjutnya, semua oke. Bisa bikin ngakak, bisa bikin sedih, bisa bikin sebel, dan yang penting bisa bikin pembaca lupa sama masalah kehidupannya sendiri. Pembaca kan baca novel buat refreshing. Ya berarti harus terhibur dong. Dan gue merasa terhibur di novel ini. Sangat terhibur :)

Lima bintang deeeeh :)

Tidak ada komentar: